Kabut
pagi yang kelabu
Masih
menyelimuti aspal beku
Di
tepi batang raya
Samar
terlihat tua bergerak
Detik
berjalan
Mengajak
sinar merangkak
‘tuk
terangi mayapada
Kabut
mulai sirna
Namun
api jwa takkan sirna
Dikau
melangkah tak tentu arah
Berbekal
setangkai lidi tua
Mengerang
berpagut dengan batuan
Mennjelajah
trotoar kusam
Singkirkan
debu dan sampah
Daun
kering rontokkan diri
Pun
kau singkirkan jua
Keringat
mengucur badan
Sambil
berjalan
Kau
usap sejenak
Kulit
gelap
Terpanggang
kobaran cahaya
Menghujam
pori berbalut ari
Kuncup
kembang hati bermekahan
Lantaran
jalanan segar dipandang
Karenamu..
Bagai
ujung tombak tusuk daging segar
Meski
belulang lelah
Tak
dirasakannya
Lidi
tua terus menebah
Hingga
bersih mengerat kalbu
Usia
senja merangkul sukma
Takkan
berhenti tebas molekul pengap
Sebelum
benar terpanggil ajal
Sekalipun
jika rohani pulang kepada-Nya
Nisanmu
bertuan
Jasa
hidup tersemat di dada
Dia
pernah berjanji
Sisihkan
pintu surga-Nya
Untuk
hati mulia ikhlas
Seperti
dirimu
Puisi ini kutulis pada tahun 2010, saat aku masih duduk di kelas 1 SMP di SMPN 4 Magelang. Puisi ini termasuk puisi balada.
[:DD
0 comments:
Post a Comment
Hello, thank your for the comment!
Have a great day! :)